Asal usul Cap Go Meh dan tradisi khas yang meriah di Indonesia

Cap Go Meh merupakan perayaan Tahun Baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia yang biasanya jatuh pada hari ke-15 setelah perayaan Tahun Baru Imlek. Namun, tahukah Anda bahwa Cap Go Meh sebenarnya memiliki asal usul yang cukup menarik?

Menurut legenda yang berkembang di masyarakat Tionghoa, Cap Go Meh berasal dari perayaan yang diadakan oleh Kaisar Dinasti Tang di Tiongkok pada abad ke-7 Masehi. Pada saat itu, Kaisar memerintahkan agar para pemuda Tionghoa bisa bertemu dengan para gadis muda dari kalangan bangsawan. Acara tersebut diadakan pada hari ke-15 bulan pertama setelah Tahun Baru Imlek dan dinamakan sebagai “Cap Go Meh” yang berarti “sepuluh hari ke lima belas”.

Tradisi Cap Go Meh kemudian diwariskan dan dipraktikkan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Di berbagai kota di Indonesia, Cap Go Meh menjadi perayaan yang meriah dan penuh warna. Salah satu tradisi khas yang dilakukan pada Cap Go Meh adalah barongsai, yaitu pertunjukan tarian singa yang dilakukan oleh sekelompok pemuda Tionghoa. Barongsai dipercaya dapat membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat.

Selain barongsai, tradisi lain yang juga dilakukan pada Cap Go Meh adalah pawai lampion. Para peserta pawai mengenakan pakaian tradisional Tionghoa dan membawa lampion berbagai bentuk dan warna. Pawai lampion ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang datang menyaksikan perayaan Cap Go Meh.

Tak hanya itu, Cap Go Meh juga dimeriahkan dengan berbagai jenis makanan khas Tionghoa yang disajikan di sepanjang jalan. Mulai dari bakpao, lumpia, bakmi, hingga kue-kue khas Tionghoa lainnya bisa dinikmati oleh pengunjung yang datang merayakan Cap Go Meh.

Dengan berbagai tradisi khas dan meriah yang dilakukan, Cap Go Meh menjadi salah satu perayaan yang sangat dinantikan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Selain sebagai ajang untuk merayakan Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Tionghoa untuk mempererat tali persaudaraan dan menjaga warisan budaya leluhur mereka.